Rabu, 10 November 2010

Menuai Kejujuran

Apa yang kau tanam, itulah yang kau tuai. Bibit yang kau tanam, tak selalu tumbuh menjadi pohon rindang dengan buah ranum yang lebat.

Al-kisah pada zaman dahulu kala, di China kuno hiduplah seorang raja bijaksana. Rakyatnya hidup makmur dan damai, tak pernah ada kekurangan dan kelaparan di negri tersebut. Pada suatu hari, sang raja merasa lelah dan sudah tua, sudah saatnya ia mencari pengganti dirinya. Namun sayang sekali, ia tak memiliki seorang anak. Maka ia mengutus punggawa kerajaan untuk mengumpulkan 5 pemuda cerdas di negerinya.

Setibanya di dalam kerajaan, kelima pemuda tersebut ternganga melihat indahnya istana raja. Mereka memberi hormat dan menunggu titah sang raja. "Wahai pemuda-pemuda tampan, cerdas dan bijaksana, hari ini aku akan memilih salah satu di antara kalian menjadi penggantiku," titah sang raja. Semua pemuda terdiam dan terkejut, mereka tak menyangka bahwa raja akan memberikan tahtanya pada mereka, namun siapa gerangan yang akan ditunjuk menjadi pengganti raja? "Untuk menjadi penggantiku, kalian harus mengikuti satu ujian yang akan kuberikan," sambung sang raja.

Sang raja kemudian mengambil 5 buah kantong, yang masing-masing kantong terdapat sebuah biji bibi tpohon. "Tanam, rawat dan siramlah bibit ini dengan segenap hati kalian. Kembalilah kepadaku setelah satu tahun dari sekarang, kita lihat bagaimana hasil tanaman yang kalian rawat. Dari hasil tanaman tersebut aku akan memilih salah satu dari kalian menggantikan diriku," titah raja.

Semua pemuda bergegas kembali kerumah mereka dan mencari tanah yang baik untuk menanam benih yang diberikan oleh sang raja. Demikian juga Ling, salah satu pemuda jujur yang dipanggil sang raja. Ia bergegas menemui ibunya,dan memberitahukan kabar tersebut. Ling dibantu sang ibu kemudian mencari tanah terbaik dan meletakkannya di sebuah pot.

Setiap hari Ling selalu merawat, menyirami benih tersebut. Namun hingga bulan ke dua, ketiga, hingga bulan-bulan berikutnya tak sesenti pun benih tersebut tumbuh. Padahal menurut teman-temannya, benih mereka sudah tumbuh menjadi pohon yang subur dengan buah-buah yang mulai muncul. Ling pun sedih, ia sadar bahwa ia telah gagal.
Semakin mendekati hari pertemuan di istana, ia semakin bingung. Ia takut bahwa raja akan menghukumnya, namun sang ibu memintanya agar tetap jujur dan bersabar.

Tiba hari di mana sang raja akan memilih pengganti, semua pemuda diminta kembali ke istana dengan membawa semua hasil tanamannya. Dengan sedih, Ling membawa sebuah pot kecil berisi bibit yang tidak tumbuh. Ia tertunduk lesu, sementara semua teman-temannya membawa pohon di pot besar, ada yang berbunga indah, ada pula yang berbuah lebat. Melihat Ling membawa pot kosong sang raja tertawa, "bagus sekali usahamu," seluruh isi istana pun tertawa melihat Ling yang tertunduk lesu.

Raja berkeliling dan melihat tanaman-tanaman lain yang menjulang dengan gagah dan indahnya. Terkagum-kagum, raja memandangi tanaman dengan buah ranum yang subur sambil sesekali mengangguk-angguk. Raja pun meminta masing-masing maju, bercerita tentang usahanya, dan tibalah pada giliran Ling, yang maju bersama sebuah pot kosong "Nama saya adalah Ling," katanya. Sekali lagi seluruh ruangan riuh ramai menertawakannya. Ada yang meneriakkan kalimat-kalimat ejekan pedas yang membuat Ling semakin malu dan sedih.

Sang raja kemudian berkata, "baiklah, aku sudah menemukan siapa yang akan menjadi penggantiku." Ruangan pun senyap seketika menantikan titah raja selanjutnya. Ia kemudian menggandeng tangan Ling, dan mengumumkan Ling sebagai penggantinya. Seketika semua orang terkejut, namun mereka tertunduk memberikan hormat.

"Sebenarnya, bibit yang kuberikan pada kalian setahun lalu adalah bibit yang sudah busuk. Sangat tidak mungkin menghasilkan tanaman yang lebat dengan buah-buahranum dan bunga-bunga indah dari mereka. Ling, adalah pemuda yang jujur dan berani. Ia membawa sebuah pot kosong dengan bibit yang tidak tumbuh. Untuk itulah aku memilihnya sebagai penggantiku.

Ingatlah wahai rakyatku, saat kau menanam sebuah kejujuran, maka kau akan menuai kepercayaan. Saat kau menanam kebaikan, maka kau akan menuai persahabatan. Saat kau menanam kerendah-hatian, kau akan menuai kebaikan hati sesama. Saat kau menanam kedamaian, maka kau akan menuai kemenangan. Saat kau menanam kerja keras, kau akan menuai kesuksesan. Saat kau menanam kesabaran, maka kau akan menuai hasil berlebihan. Saat kau menanam keyakinan, kau akan mendapatkan sebuah keajaiban.

"Sebaliknya, apabila seseorang menanamkan ketidak-jujuran, maka ia tak akan dipercaya. Saat ia menanam keegoisan, maka ia akan kesepian. Saat ia menanamkan gengsi, ia akan hancur sendiri. Saat ia menanamkan kecemburuan, ia akan menuai celaka. Saat ia menanam kemalasan, ia akan menuai kemiskinan. Saat ia menanamkan keserakahan, ia akan menuai kekurangan. Saat ia menanam dosa, ia akan menua ihukuman.

Sumber: KapanLagi.com

Minggu, 29 Agustus 2010


Di Lingkaran KeHeningan Tak Ada Lagi Batasan
Waktu Nyala api dalam Hening Menyentuh Dinding Jiwa Yang Luka

Satu Satu Wajah Datang Satu Persatu Menghilang Lagi
Batas Langit Batas Hidup Kita Melayang Tak Tentu Arah
...
Sayap Sayap Jiwa Yang Terluka Darah Menetes Basahi Senja
Untuk Apa Mengasingkan Diri ? Lingkaran Hening

Telah Tumbuh Pohon Baru Diatas Tanah Yang Pernah Kering
Air Hujan Air Hidup Mengalir Dari Jiwa Yang Hening

Bayang Bayang Tarian Jiwaku Memenuhi Ruangan Dunia
Pintu Langit Makin Terbuka Lingkaran Hening

Lingkaran Hening Jiwa Yang Hening Lingkaran Hening

Lingkaran Hening Jiwa Yang Hening Lingkaran Hening

Satu Malam Lebih Baik Daripada Malam Seribu Bulan

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah atas berbagai macam nikmat yang Allah berikan. Shalawat dan salam atas suri tauladan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarganya dan para pengikutnya.
Bersemangatlah di Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan
Para pembaca -yang semoga dimudahkan Allah untuk melakukan ketaatan-. Perlu diketahui bahwa sepertiga terakhir bulan Ramadhan adalah saat-saat yang penuh dengan kebaikan dan keutamaan serta pahala yang melimpah. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Oleh karena itu suri tauladan kita -Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam- dahulu bersungguh-sungguh untuk menghidupkan sepuluh hari terakhir tersebut dengan berbagai amalan melebihi waktu-waktu lainnya.
Sebagaimana istri beliau -Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha- berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim)
Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’, pen), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Maka perhatikanlah apa yang dilakukan oleh suri tauladan kita! Lihatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah malah mengisi hari-hari terakir Ramadhan dengan berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan untuk persiapan lebaran (hari raya). Yang beliau lakukan adalah bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah seperti shalat, membaca Al Qur’an, dzikir, sedekah dan lain sebagainya. Renungkanlah hal ini!
Keutamaan Lailatul Qadar
Saudaraku, pada sepertiga terakhir dari bulan yang penuh berkah ini terdapat malam Lailatul Qadr suatu malam yang dimuliakan oleh Allah melebihi malam-malam lainnya. Di antara kemuliaan malam tersebut adalah Allah mensifatinya dengan malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44]: 3-4)
Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar [97]: 1)
Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5)
Catatan: Perhatikanlah bahwa malam keberkahan tersebut adalah lailatul qadar. Dan Al Qur’an turun pada bulan Ramadhan sebagaimana firman Allah Ta’ala,
شَهْرُ رَمَضَانَ الذي أُنْزِلَ فِيهِ القرآن
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran.” (QS. Al Baqarah [2] : 185)
Maka sungguh sangat keliru yang beranggapan bahwasanya Al Qur’an itu turun pada pertengahan bulan Sya’ban atau pada 17 Ramadhan lalu diperingati dengan hari NUZULUL QUR’AN. Padahal Al Qur’an itu turun pada lailatul qadar. Dan lailatul qadar -sebagaimana pada penjelasan selanjutnya- terjadi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Renungkanlah hal ini!
Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi ?
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya lailatul qadar di tujuh malam terakhir bulan ramadhan itu lebih memungkinkan sebagaimana hadits dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ – يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ – فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)
Dan yang memilih pendapat bahwa lailatul qadar adalah malam kedua puluh tujuh sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari bahwa lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun. Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari)
Catatan: Hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya malam lailatul qadar di antaranya adalah agar terbedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut dengan orang yang malas. Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal ini juga sebagai rahmat Allah agar hamba memperbanyak amalan pada hari-hari tersebut dengan demikian mereka akan semakin bertambah dekat dengan-Nya dan akan memperoleh pahala yang amat banyak. Semoga Allah memudahkan kita memperoleh malam yang penuh keberkahan ini. Amin Ya Sami’ad Da’awat.
Do’a di Malam Lailatul Qadar
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang dianjurkan oleh suri tauladan kita -Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى »
“Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab, “Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (artinya ‘Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Ash Shohihah)
Tanda Malam Lailatul Qadar
[1] Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh/terpercaya)
[2] Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.


[3] Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.
[4] Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)

sumber: http://www.lihatberita.com/2010/08/


Sabtu, 28 Agustus 2010

MANUSIA UNGGULAN DALAM PERSPEKTIF TASAWUF


Manusia unggulan dalam perspektif tasawuf, mereka yang selalu melaksanakan dua tugas pokok, yaitu tugas ibadah sebagai bentuk aplikasi pengkhidmatan kepada Allah dan tugas sosial sebagai bentuk pengabdian kepada sesama.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada terputus.” (QS. At-Tin: 4-6).

Di dalam ayat tadi disebutkan manusia adalah makhluk unggulan karena peran gandanya, peran sebagai ‘abid seperti terindikasikan dalam ungkapan âmanû dan peran sebagai khalifah seperti terindikasikan dalam ungkapan wa ‘amilû as-shâlihât. Konsep ‘abid menunjukan hubungan vertikal (hablum minallah), dan itu lebih bersifat personal. Sementara konsep khalifah, terkait dengan tanggung jawab sosial, hubungan horizontal (hablum minannas). Kalau ‘abid itu tanggung jawab personal dengan Tuhan, sedang khalifah itu adalah tanggung jawab sosial dalam hubungannya dengan sesama manusia. Karena Allah selalu menggandengkan dua kalimat itu hampir di semua ayat-ayat-Nya, manusia unggulan akan selalu melakukan kedua peran itu secara bersamaan. Dengan demikian, kualitas manusia menurut perspektif tasawuf dilihat dari peran ganda ini.

Pada suatu hari Umar bin Khattab Ra. pernah ditanya, “kenapa engkau tidak pernah tidur?” Umar menjawab, “kalau saya tidur di malam hari bagaimana saya bisa dekat kepada Allah Swt, karena sepanjang hari waktu habis untuk mengurus umat.” Jadi, waktu dia sepanjang hari habis untuk melayani umat, karena dia seorang khlaifah. Tapi malam hari, ia selalu bangun malam untuk beribadah. Yang demikian itu adalah contoh konkrit amalan tasawuf yang berpijak dari ayat dimaksud. 

Masih banyak orang berasumsi bahwa aktifitas tasawuf hanya terbatas pada dzikir-dzikir, shalat, puasa, dan ibadah-ibadah ritual lainnya (hablu minallah), sementara sisi ibadah sosial (hablu minannas) diabaikan. Asumsi seperti itu tentu saja tidak benar, karena ibadah sosial juga tidak kalah pentingnya dibandingkan ibadah ritual. Bahkan, tidak jarang karena mengabaikan ibadah sosial, ibadah ritual bisa menjadi tidak berarti. Itu merupakan inti dari tujuan tasawuf, seperti disinyalir dalam surah al-Ma’un;
“Apakaha anda tahu orang yang mendustakan agama itu? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, maka celakalah bagi orang yang shalat.” (QS. Al-Ma’un: 1- 4).

Ayat “maka celakalah bagi orang yang shalat” disebutkan setelah dua ayat yang berkaitan dengan masalah sosial, yaitu menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Itu adalah suatu gambaran bahwa pelaku shalat yang tidak peduli terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuan, lemah, tidak mampu, dan tidak memberikan dampak sosial yang baik yang direalisasikan melalui interaksi mereka dengan sesamannya, justru shalatnya itu akan mencelakakannya.

Lebih jelas lagi diceritakan dalam sebuah hadis, ada seorang wanita yang rajin shalat di malam hari dan rajin puasa di siang hari, tetapi Rasul mengatakan dia itu masuk neraka, tentu saja para sahabat menunjukan keheranannya dan bertanya alasannya kepada Rasulullah Saw, beliau menjawab, “ia masuk neraka karena ia selalu menyakiti hati tetangganya dengan lidah”. (HR. Ahmad dan Al-Hakim dari Abu Hurairah). Berdasarkan hadis tersebut, seakan-akan shalat dan puasa yang dilakukan wanita tadi tidak berarti sama sekali, lantaran ia tidak mau berkomunikasi secara baik dengan tetangga atau sesamanya.

Di dalam Islam, tugas-tugas kemasyarakatan ini mempunyai kedudukan penting, sehingga dihargai lebih tinggi dari pada ibadah-ibadah ritual.

Mantan syekh Al-Azhar, Abdul Halim Mahmud, memberikan bukti-bukti bahwa beberapa orang sufi adalah pedagang-pedagang yang aktif dan cukup sukses.

Gerakan Sanusiah di Afrika Utara adalah gerakan pembaharu sosial yang sangat sufistik, begitu juga Gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan Hasan Al-Banna di Mesir. Sartono, ahli sejarah Indonesia, mencatat bahwa gerakan-gerakan protes di pedesaan di Jawa diwarnai oleh sufisme.

Pada suatu ketika, ada seorang sahabat Rasulullah Saw. melewati sebuah lembah yang cukup indah dan memesona. Lembah itu mempunyai mata air yang jernih dan segar, sehingga sahabat itu berfikir untuk menghabiskan sisa hidupnya di lembah yang jauh dari keramaian masyarakat itu, dan ia ingin mengisinya dengan shalat, puasa, dzikir, berdo’a kepada Allah Swt. Kemudian maksud itu diberitahukan kepada Rasulullah Saw, dan beliau berkata:
“Jangan lakukan itu, kedudukanmu di jalan Allah lebih utama daripada shalat yang engkau lakukan di rumahmu selama tujuh puluh tahun. Tidakkah anda ingin agar Allah mengampuni dosamu dan memasukkanmu ke surga? Berjuanglah di jalan Allah”. (HR. Tirmidzi).

Dalam hadis lain disebutkan juga:
“Dari Abu Umamah, dia bercerita: “Kami keluar bersama Rasulullah Saw. dalam salah satu ekspedisi beliau, kemudian seseorang melewati sebuah gua yang di situ ada air. Orang itu berkata kepada dirinya sendiri untuk tinggal dalam gua itu dengan jaminan hidup dari air yang ada dan memakan tetumbuhan di sekitarnya kemudian melepaskan diri dari dunia. Lalu orang itu berkata, “Kalau nanti aku bertemu Nabi Allah Saw. aku akan ceritakan perkara itu kepada beliau. Kalau beliau izinkan, aku akan lakukan, kalau tidak, tidak”. Maka, datanglah ia menemui beliau (Nabi), lalu berkata, “Wahai Nabi Allah, aku melewati sebuah gua yang di situ ada air dan tetumbuhan yang menjamin hidupku. Maka, aku pun berkata kepada diriku sendiri untuk tinggal di gua itu dan melepaskan diri dari dunia.” Orang itu menuturkan bahwa Nabi saw. menjawab, “Aku tidak diutus dengan keyahudian, juga tidak dengan kekeristenan. Aku diutus dengan kehanifan yang lapang (al-hanafiyatu al-samha’). Demi Dia yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, pergi-pagi dan pulang–petang di jalan Allah adalah lebih baik daripada dunia beserta seluruh isinya. Pastilah berdiri tegaknya seseorang di antara kamu (dalam barisan perjuangan) adalah lebih baik daripada sembahyangnya selama enam puluh tahun.” (H.R. Ahmad).

Berjuang atau pergi di jalan Allah Swt. adalah hidup di tengah-tengah masyarakat dan ikut berperan serta dalam membangun, memberikan yang terbaik bagi sesama, menyebarkan rasa cinta dan kasih sayang, menyerukan perbuatan yang baik dan mencegah perbuatan mungkar, dan peran-peran kemanusiaan lainnya, karena kehadiran seorang muslim sebagai anggota masyarakat merupakan suatu hal yang sangat penting untuk suatu perubahan masyarakat.

Ada beberapa hadis menjelaskan tentang manusia terbaik, dan semua itu bermuara pada sikap perbuatan yang dilakukan antar sesama, di antara hadis- hadis itu adalah:
“Manusia yang paling baik ialah yang paling baik akhlaknya. Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak manfaatnya kepada sesama. Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling baik dalam membayar hutangnya. Yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik kepada isteri dan anak-anaknya. Yang paling baik di antara kamu adalah engkau masukan rasa bahagia kepada hati saudaramu yang mukmin.”

Sekali lagi, kebanyakan ayat al-Qur’an ketika menyebut kata âmanû (ibadah ritual) selalu digandengkan dengan kata wa ‘amilû as-shâlihât (ibadah soaial), karena memang keduanya tak bisa terpisah. Sesudah shalat pada waktunya dan membasahi lidah dengan dzikir kepada Allah, manusia paling baik akan berjuang di tengah-tengah manusia. Ia akan berusaha memasukan rasa bahagia kepada orang lain, ia akan memperlakukan isteri dan anak-anaknya dengan baik, ia memperbaiki masyarakat dengan melakukan kontrol sosial yang penuh tanggung jawab dan lain-lain, karena memang kecintaan kepada Allah Swt. melalui kecintaan kepada sesama, dan kedekatan manusia kepada Allah Swt. dengan melakukan sopan santun kepada sesamanya. Inilah salah satu yang terkandung dalam pengertian tasawuf, seperti dikatakan seorang sufi besar Junaid Al-Baghdadi, “bertasawuf adalah engkau merasa bersama Allah Swt. dan Allah Swt. bersama engkau, dan kedekatan itu bisa dilakukan dengan menyantuni sesama, seperti menyantuni orang-orang yang hancur hatinya.”

Ketika Nabi Musa bertanya kepada Allah Swt, “Tuhanku, di mana aku harus mencari-Mu, Allah Swt. menjawab, “Carilah aku di tengah-tengah mereka yang hancur hatinya”.

Tetapi, ketika tugas ganda ini terlepas dari manusia, Allah akan menempatkan manusia ke tempat yang sangat hina (neraka), mereka menjadi manusia yang tak berarti, manusia yang lebih sesat, lebih keji, dan lebih kejam daripada binatang, dan ketika itu tidak akan ada yang namanya kebaikan, kesejahteraan, dan kedamaian, baik buat dirinya maupun buat masyarakatnya. Allah Swt. berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka itu lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al-A’raf: 179). 
Dengan begitu, manusia unggulan dalam perspektif tasawuf yaitu mereka yang selalu melaksanakan dua tugas pokok ini, tugas ibadah sebagai bentuk aplikasi pengkhidmatan kepada Allah dan tugas sosial sebagai bentuk pengabdian kepada sesama. Wa Allâhu a’lam bi ash-shawwâb.


Sumber :
Ditulis oleh Abdul Rouf, Lc, MA, peserta Pendidikan Kader Mufasir (PKM) PSQ dan dosen Uin Syahid Jakarta.

Kala Waktu Berbuka Puasa Telah tiba

Waktu senja selalu indah mempesona. Langit merah berangsur semakin gelap. Angin berhembus lembut, memberi hawa kesejukan bagi manusia setelah seharian didera teriknya matahari. Samar-samar, terdengar suara burung-burung yang akan kembali ke sarangnya. Sang Surya yang sejak sore bersinar kuning keemasan pun beredar di manzilahnya. Dengan anggun, ia menenggelamkan dirinya di ufuk barat. Sungguh menakjubkan fenomena alam ini. Keindahan ayat-ayat kauni yang seharusnya membuat kita semakin menyadari betapa kecilnya kita bila dibandingkan dengan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Subhanallah wa bi hamdih…
Tetapi, senja di bulan Ramadhan selalu mempunyai arti khusus dan istimewa. Bukan hanya karena keindahannya. Tetapi karena di waktu senja, di kala matahari telah tenggelam, maka tibalah waktunya bagi hamba-hamba Allah untuk berbuka puasa.



Waktu Berbuka Puasa, Waktu untuk Berbahagia
Saudariku, lihatlah wajah bahagia hamba-hamba Allah yang berpuasa, di kala waktu berbuka puasa telah tiba. Ya, mereka memang patut berbahagia. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang berbuka puasa mempunyai dua kebahagiaan yang bisa ia rasakan; kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabb-nya karena puasa yang dilakukannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin menjelaskan di dalam kitab Majaalisu Syahri Ramadhaan, ‘Kebahagiaan ketika berbuka maksudnya adalah karena ia merasa senang atas nikmat yang diberikan oleh Allah kepadanya, yaitu bisa melaksanakan puasa yang merupakan salah satu bentuk amal shalih yang paling utama. Betapa banyak manusia yang tidak memperoleh nikmat tersebut sehingga mereka tidak berpuasa. Ia juga merasa senang atas makanan, minuman dan jima’ yang kembali dihalalkan Allah baginya, setelah sebelumnya diharamkan pada saat berpuasa.
Adapun kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya adalah ia senang dengan ibadah puasanya ketika ia mendapat balasannya di sisi Allah secara utuh pada saat ia jauh membutuhkannya, ketika dikatakan, “Di mana orang-orang yang berpuasa?” Mereka pun dipersilahkan masuk ke pintu surga dari pintu ar-Rayyan yang tidak akan dimasuki oleh seorang pun selain mereka.”

Sunnah ketika Berbuka Puasa
Saudariku, hendaknya di saat berbuka puasa kita melakukan sunnah-sunnah yang berkaitannya dengannya. Agar buka puasa yang kita lakukan juga mendatangkan pahala. Bukan sekedar berbahagia karena dapat menikmati makan dan minum kembali. Sunnah ketika berbuka puasa, antara lain:

1. Bersegeralah berbuka puasa!
Tahukah engkau kapan waktu berbuka puasa? Yaitu ketika sudah dipastikan matahari telah tenggelam, baik dengan menyaksikannya secara langsung atau berdasarkan informasi dari orang yang terpercaya melalui pengumandangan adzan Maghrib atau hal lainnya. (Lihat Majaalisu Syahri Ramadhaan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin)
Dan ketika waktu berbuka telah tiba, maka bersegeralah berbuka puasa. Sebagaimana hadits dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang-orang (umat Islam) senatiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (Muttafaqun ‘alaih)
 Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengerjakan shalat Maghrib hingga berbuka puasa kendati hanya dengan seteguk air.” (HR. Tirmidzi. Hadits Hasan)

2. Makan kurma atau seadanya.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka dengan beberapa biji ruthab (kurma masak yang belum jadi tamr) sebelum shalat Maghrib; jika tidak ada beberapa biji ruthab, maka cukup beberap biji tamr (kurma kering); jika itu tidak ada juga, maka beliau minum beberapa teguk air.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits Hasan Shahih)
Hendaknya berbuka puasa dengan kurma masak atau kering, dengan jumlah yang ganjil. Misalnya tiga, lima atau tujuh. Adapun jika tidak ada, maka berbuka puasa hanya dengan air pun tak mengapa.

3. Setelah berbuka, jangan lupa panjatkan doa (yang shahih).
Saudariku, hendaknya kita manfaatkan waktu berbuka untuk memperbanyak doa. Karena berdoa pada waktu berbuka puasa adalah salah satu waktu di mana doa yang dipanjatkan dijanjikan akan dikabulkan Allah (HR. Ibnu Majah).
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Dahulu apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berbuka puasa, beliau biasa berdoa dengan, “Dzahaba zh- zhama-u wabtallatil ‘uruuqu, wa tsabatal ajru insyaa Allah.”
Artinya: “Telah hilang rasa haus dahaga, dan urat-urat telah basah, dan pahala akan kita peroleh, insyaa Allah.” (HR. Abu Daud (II/306) [no.2357] dan yang lainnya. Lihat Shahihul Jami’ (IV/209) [no.4678])
Doa ini biasa dibaca Rasulullah setelah beliau berbuka puasa sebagaimana maksud perkataan Abdullah bin Umar, “Apabila beliau telah berbuka puasa.”
Adapun sabda Rasulullah, “Dzahaba zh-zhama-u” artinya adalah haus.

Kemudian, “wabtallatil ‘uruuqu” artinya adalah dengan hilangnya kekeringan pada urat-urat akibat dari rasa dahaga. Sedangkan ” wa tsabatal ajru” artinya adalah rasa lelah telah hilang berganti dengan pahala. Hilangnya rasa lelah akan mendorong untuk melakukan ibadah. Sementara pahala sangat banyak dan abadi.
Ath-Thibi rahimahullah menjelaskan, “Beliau menyebutkan ketetapan pahala yang akan diperoleh setelah mengalami kelelahan itu adalah dengan harapan akan mendapat kenikmatan yang berlimpah.”
Adapun “insyaa Allah” berkaitan dengan pahala yang setiap orang tidak dapat memastikannya. Sebab ketetapan pahala itu adalah di bawah kehendak Allah.
Selain doa di atas, bisa pula berdoa dengan:
“Allahumma inni as-aluka bi rohmatika allati wasi’at kulla syaiin in taghfirolii”
Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, supaya memberi ampunan atasku.” (HR. Ibnu Majah 1/557. Hadits ini hasan menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Takhrij Al-Adzkar, lihat Syarah Al-Adzkar 4/342)
Majdi bin ‘Abdul Wahhab Al-Ahmad di dalam Syarah Hishnul Muslim menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan perkataan Rasulullah, ‘bi rohmatika allati wasi’at kulla syaiin’ adalah rahmat-Mu yang maha luas di seluruh persada ini dan setiap bagian hanya dengan rahmat-Mu.
Saudariku, dari kecil hingga besar, kita diajarkan berdoa setelah berbuka buka puasa dengan beberapa lafadz berikut ini,

Pertama,
“Bismillah wal hamdulillah. Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu wa ‘alaika tawakkaltu subhaanaka wa bi hamdika taqabbal minni, innaka Antas Samii’ul ‘Aliim ”
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah dan segala puji milik Allah. Ya Allah, hanya karena-Mu aku berpuasa, hanya dengan rizki-Mu aku berbuka dan hanya kepada-Mu aku bertawakkal. Maha Suci Engkau dan pujian kepada-Mu, terimalah amalanku. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.”
Ternyata Syaikh Nashiruddin Al Albani berpendapat bahwa hadits ini munkar jiddan. Setelah membawakan sanad hadits ini beliau mengatakan bahwa sanadnya lemah. (lihat Silsilatul Ahaditsidh Dhaifah wal Maudhu’ah, no 6996).

Kedua,
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka puasa beliau mengucapkan, ‘Allahumma Laka Shumna wa ‘ala Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka Antas Sami’ul ‘Alim’”
Artinya: “Ya Allah! Untuk-Mu aku berpuasa dan atas rizqi-Mu kami berbuka. Ya Allah! Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (HR. Daruqutni di kitab Sunannya, Ibnu Sunni di kitabnya ‘Amal Yaum wa-Lailah No. 473. Thabrani di kitabnya Mu’jamul Kabir)
Ternyata hadits ini sanadnya sangat lemah (dhaif). Karena ada seorang rawi yang bernama Abdul Malik bin Harun bin ‘Antarah. Dia adalah rawi yang sangat lemah. Dan di sanad hadits ini juga ada ayah Abdul Malik yaitu Harun bin Antarah. Dia adalah rawi yang diperselisihkan oleh para ulama ahli hadits. Hadits ini dilemahkan oleh Ibnu Qayyim, Ibnu Hajar, Al-Haitsami dan Nashiruddin Al-Albani.

Ketiga,
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka puasa beliau mengucapkan, ‘Bismillah. Allahumma Laka Shumtu wa ‘ala Rizqika Afthartu’”
Artinya: “Dengan nama Allah. Ya Allah karena-Mu aku berpuasa dan atas rizki dari-Mu aku berbuka.”
(HR. Thabrani di kitabnya Mu’jam Shagir hal 169 dan Mu’jam Auwsath)
Sanad hadits ini lemah (dhaif). Karena di sanad hadits ini ada Ismail bin Amr Al-Bajaly yang merupakan rawi yang lemah. Juga ada Dawud bin Az-Ziriqaan yang merupakan rawi yang matruk menurut Imam Abu Dawud, Abu Zur’ah dan Ibnu Hajar.

Keempat,
Dari Mu’adz bin Zuhrah bahwasanya telah sampai kepadanya, “Sesungguhnya Nabi apabila berbuka puasa beliau mengucapkan ‘ Allahumma Laka Shumtu wa ‘ala Rizqika Afthartu’ ”
Artinya: “Ya Allah karena-Mu aku berpuasa dan atas rizki dari-Mu aku berbuka.”
(HR. Abu Dawud No. 2358, Baihaqi 4/239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Suni)
Sanad hadits ini mempunyai dua penyakit. Yang pertama, mursal karena Mu’adz bin (Abi) Zuhrah adalah seorang Tabi’in, bukan shahabat Nabi. Kedua, Mu’adz bin (Abi) Zuhrah adalah seorang rawi yang majhul. Tidak ada yang meriwayatkan darinya, kecuali Hushain bin Abdurrahman. Sedangkan Ibnu Abi Hatim di kitabnya Jarh wat Ta’dil tidak menerangkan pujian maupun celaan baginya.

Kesalahan-kesalahan Seputar Berbuka Puasa
1. Tidak menyegerakan berbuka puasa, padahal waktunya telah tiba.
2. Menanti waktuberbuka puasa dengan kegiatan yang sia-sia, bahkan melanggar syariat.


Ngabuburit. Inilah istilah yang sekarang umum digunakan untuk menggambarkan kegiatan di saat menanti waktu berbuka puasa. Mulai dari sekedar nongkrong, berkumpul bersama teman-teman, jalan-jalan, berburu makanan untuk berbuka, dll. Ngabuburit bahkan sudah dikemas menjadi acara-acara khusus yang diisi berbagai macam kegiatan. Jika isi kegiatan adalah hal positif yang tidak melanggar syariat, tentunya tak mengapa. Tapi, kebanyakan ngabuburit yang dilakukan orang-orang sekarang banyak mengandung hal yang sia-sia atau bahkan melanggar syariat.

Misalnya: ikhtilat (bahkan dijadikan ajang pacaran), hiburan dengan musik, nongkrong dan “cuci mata”, ngobrol dan bercanda berlebihan, dll.
Saudariku, bukankah sebelum berbuka itu berarti kita masih dalam keadaan berpuasa? Ingatlah bahwa puasa tidak akan sempurna, bahkan akan menjadi sia-sia jika kita tidak menjaga diri dari kemaksiatan dan hal yang sia-sia. Misalnya: menundukkan pandangan serta menahannya dari pandangan-pandangan liar, menjaga lisan, menjaga pendengaran dari mendengarkan setiap yang haram atau yang tercela, menjaga anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa, dll.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan yang terlarang, maka Allah tidak butuh (atas perbuatannya meskipun) meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)
“Puasa bukanlah dari makan, minum semata, tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim)

3. Makan dan Minum dengan Berlebihan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk berbuka puasa dengan makanan yang sederhana. Seadanya saja. Tidak berlebihan-lebihan, atau bahkan sampai memaksakan diri.
Memang, adakala tidak mengapa menghadirkan hidangan istimewa di kala berbuka. Apalagi bila hal itu dilakukan untuk membahagiakan keluarga atau agar anak-anak lebih bersemangat untuk berpuasa. Akan tetapi, hendaknya hal itu tidak dijadikan kebiasaan. Ingatlah! Bahwa salah satu hikmah berpuasa adalah agar kita turut merasakan kesusahan yang dialami fakir miskin. Maka, kita juga perlu mendidik anak-anak kita untuk memupuk jiwa sosial mereka. Tidak hanya saat kita berpuasa, tetapi juga saat berbuka puasa.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak Menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al-A’raf: 31)
Saat berbuka juga bukan berarti waktunya ‘balas dendam’. Semua dimakan sampai kekenyangan. Ingatlah, perut yang kenyang akan membuat malas ibadah.

4. Melalaikan adab makan.
Saudariku, bersegera untuk berbuka puasa bukan berarti boleh lalai berdoa sebelum makan. Bukan berarti boleh makan dan minum dengan tergesa-gesa. Saat kita berbuka puasa, berusahalah untuk tetap menjaga adab dan sunnah dalam makan dan minum. Seperti berdoa, duduk ketika makan-minum, tidak meniup makanan, dll.
 5. Melalaikan shalat maghrib.
 6. Mengisi acara berbuka dengan maksiat.
Makan bersama (makan berjama’ah) memang merupakan bagian dari sunnah Rasulullah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berkumpullah kalian dalam menyantap makanan kalian (bersama-sama), (karena) di dalam makan bersama itu akan memberikan berkah kepada kalian.” (HR. Abu Dawud. Hasan)

Akan tetapi, kita harus tetap berusaha membingkai acara buka bersama tersebut dalam bingkai syariat. Sebagaimana ngabuburit, acara buka bersama yang banyak dilakukan sekarang ini banyak berisi kemaksiatan dan penyimpangan. Misalnya ikhtilat, pacaran, musik, makanan yang berlebihan, sampai dengan melalaikan waktu shalat Maghrib.

Apakah Setelah Berbuka Puasa Kita Bebas Berbuat Apa Saja?
Saudaraku, sesungguhnya seorang hamba yang shalih, saat ia telah selesai melakukan suatu ibadah maka ia berusaha menyelimuti hatinya dengan rasa takut dan harap. Sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima, sehingga ia termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah, ataukah ditolak, sehingga ia termasuk orang-orang yang dimurkai. Hal yang sama hendaknya ia lakukan pada setiap selesai berpuasa.

Kita harus menjaga diri dari perbuatan sia-sia dan dosa di saat kita berpuasa. Tapi bukan berarti setelah waktu berbuka puasa kita menjadi bebas. Perbuatan haram, tetap haram hukumnya baik ketika kita sedang berpuasa ataukah tidak. Maka, di malam bulan Ramadhan pun kita tetap harus menjaga diri dari perbuatan dosa. Ingatlah bahwa keutamaan bulan Ramadhan tidak hanya terbatas di siang harinya, ketika kita berpuasa. Tetapi juga meliputi malam harinya. Banyak sekali ibadah yang bisa dilakukan di malam hari ketika bulan Ramadhan. Bahkan, ada keutamaan Lailatul Qadr yang harus kita kejar. Sibukkan diri dalam beribadah, baik siang maupun malam. Agar Ramadhan yang kita jalani benar-benar menjadikan kita manusia yang lebih bertaqwa.

Agar Kita Benar-Benar Mendapat Kebahagiaan
Saudaraku, sesungguhnya keutamaan puasa tidak bisa diraih sehingga orang yang berpuasa benar-benar menjaga adab-adab berpuasa. Dan hanya orang-orang itu pula yang berhak untuk mendapat dua kebahagiaan ketika berbuka puasa.

Kita memohon kepada Allah agar menerima puasa Ramadhan kita dan menjadikannya sebagai pemberi syafa’at bagi kita. Agar kita termasuk ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang mendapat pahala puasa yang sempurna. Dan kita memohon agar Allah Mengampuni dosa-dosa kita dan Memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang bisa memasuki surga-Nya melalui pintu Ar-Rayyan. Amiin.
Maraaji’:
  1. Majaalisu Syahri Ramadhaan (Terj.), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin
  2. Majalah As Sunnah edisi 06/X/1427H/2006M halaman 78
  3. Majalah Nikah Vol. 4, No. 5, Agustus 2005/ Jumadil Tsaniyah-Rajab 1426 H
  4. Minhajul Muslim (Terj.), Abu Bakr Jabir Al-Jazairi
  5. Syarah Hishnul Muslim (Terj.), Majdi bin ‘Abdul Wahhab Al-Ahmad, Penerbit Al Qowam
Keterangan:
Munkar jiddan: hadits yang sanadnya dhaif dan sangat bertentangan dengan hadits lain dengan riwayat yang shahih. Hukumnya tertolak.
Rawi yang Matruk: rawi yang ditinggalkan riwayatnya
Hadits Mursal: seorang Tabi’in meriwayatkan langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanpa perantara sahabat. Hukumnya tertolak.
Rawi yang Majhul: rawi yang tidak dikenal. Artinya tidak ada yang menganggapnya cacat dan tidak ada pula yang menganggapnya adil, dan yang meriwayatkan darinya cenderung sedikit. Hukum haditsnya termasuk hadits yang lemah.
Jarh wa Ta’dil: sebuah kitab yang ditulis ahli hadits, yang berisi cacat (jarh) dan penilaian adil (ta’dil) terhadap para rawi hadits
***
Penulis: Ummu Rumman
Muraja’ah: ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar

Sumber: http://muslimah.or.id/fiqh-muslimah/di-kala-waktu-berbuka-puasa-telah-tiba.html

Minggu, 15 Agustus 2010

Gunung Rinjani 3.726 Mdpl

Umum
Indonesia- Mt. Rinjani

Gunung yang berlokasi di pulau Lombok NTB ini merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3726 mdpl serta pada lintang 8º25' LS dan 116º28' BT, merupakan gunung favorit bagi pendaki Indonesia karena keindahan pemandangannya. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani. yang memiliki luas sekitar 41.330 ha dan ini akan diusulkan penambahannya sehingga menjadi 76.000 ha ke arah barat dan timur.

Secara administratif gunung ini berada dibawah tiga kabupaten yaitu: Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat.Di sebelah barat kerucut Rinjani terdapat kaldera dengan luas sekitar 3.500 m x 4.800 m, memanjang kearah timur anda barat. Di kaldera ini terdapat danau Segara Anakan seluas 11.000.000 m persegi dengan kedalaman 230 m. Segara Anakan sering dijadikan tempat pemancingan oleh para pendaki ataupun penduduk setempat. Bagian selatan danau ini disebut dengan Segara Endut, dan disebelah timurnya terdapat gunung Baru yang oleh bahasa setempat disebut dengan Gunung Baru Jari yang memiliki kawah seluas 170 x 200 m dengan ketinggian 2.296 – 2376 m dpl. Pada tahun 1994 gunung Baru Jari ini meletus dan memuntahkan isi perutnya di sekitar danau Segara Anakan.

Akses pendakian kepuncak Rinjani bisa dicapai dari banyak tempat dan memiliki pemandangan spesifik yang berbeda-beda. Rute dari Bayan - Torean (Utara timur laut)
Dari Bayan berjalan kaki atau menumpang angkutan setempat dari Bayan ke Torean, setelah itu menyusur sungai Kokok Putih langsung ke dalam dasar kaldera. Perjalanan memakan waktu satu hari penuh dan agak sulit.
Peta jalur Gunung Rinjani
Copyright BootsnAN Inc. 2007



Rute dari Bayan - Senaru (Utara)
Senaru dapat dicapai dari ibukota Lombok Mataram dengan kendaraan bermotor (sehari perjalanan). Kemudian berjalan kaki dari Senaru ke Babanan (tepi kaldera sebelah utara), dilanjutkan ke Kokok Putih. Rute ini juga memakan waktu satu hari penuh.Dari kokok putih pendakian akan lebih sulit karena pendaki akan mulai mendaki gunung sebenarnya yaitu menuju puncak rinjani dengan menggunakan jalur gunung plawangan. meskipun demikian pendakian menggunakan jalur ini adalah yang termudah dari jalur - jalur yang lain.

Rute Sembalun Lawang (Tenggara)
Dari mataram naik kendaraan bermotor ke Pesugulan (kira-kira 4 jam). Kemudian lanjutkan ke Sembalun Bumbung dan Sembalun Lawang, ini memakan waktu lebih kurang 3 jam perjalanan. dari sembalun lawang pendaki dapat mencapai gunung plawangan dan menuju ke segara anakan dengan waktu kira-kira satu hari perjalanan. dan dari gunung plawangan dapat didaki Gunung Rinjani. Jalan ini cukup berat tapi paling banyak digunakan oleh para pendaki. Untuk detail informasi rute ini lihat ulasan rute Sembalun.

tebal Rute dari Sajang
Sajang terletak diantara Sembalun Lawang dan Bayan. pendakian ke Gunung Plawangan tidak jauh berbeda dengan yang dari Sembalun Lawang karena jalan setapaknya tidak jauh dari barat menjadi satu.

Rute dari Kumbi (Sesaut)
Sesaut yang terletak di sebelah baratdaya pegunungan Rinjani hanyalah sejauh 1/2 jam perjalanan dengan kendaraan bermotor dari Mataram ke arah timur. Perjalanan hingga di Babanan memakan waktu lebih kurang 1 1/2 hari, setelah 2 hari sampai di Kokok Putih. Perjalan trekking yang panjang ini menyuguhkan pemandangan alam terbuka yang indah, tetapi menarik bagi seorang pendaki gunung yang menyukai hutan belantara.


Puncak Rinjani hanya dapat dicapai dari dua arah yaitu dari Gunung Plawangan dan langsung dari Aikmel. Perjalanan dari Aikmel ini sangat berat karena tidak akan ditemukan mata air mengalir dan memakan waktu dua hari perjalanan. jadi disarankan hanya yang memiliki kemampuan navigasi dan survival yang memadai yang disarankan mencoba jalur ini.
Gunung Kondo atau lebih dikenal dengan dengan Gunung Sangkareang Daya oleh rakyat setempat juga Gunung Punduk pertama didaki oleh Basleman pada tahun 1966 dengan menggunakan jalur dari timbanuh. pendakian kurang lebih satu hari. Dari puncak ini Danau Segara Anakan dapat dituruni dan di Timbanuh dapat dicapai dengan kendaraan umum dan sewaan. selanjutnya menurut penduduk jalan menuju ke Danau Segara Anakan dapat pula dicapai dari :
1. Luk (kemungkinan lewat babanan) (Utara)
2. Masbagik (hanya sampai G. Punduk) (Selatan)
3. Mantang (juga hanya sampai G. Punduk) Barat Daya
4. Kembangkereng (sampai G.punduk)

Sumber mata air dapat di temui di:
* Jalur Sembalun Lawang : Pos II dan di Plawangan Sembalun
* Didekat danau segara anakan. Air danau Segara anakan terasa kecut dan mengandung belerang, tidak enak untuk di minum.


ULASAN RUTE SEMBALUN LAWANG
Gerbang Jalur Sembalun

SEMBALUN LAWANG - POS I
Pendakian dimulai dari desa Sembalun lawang yang yang berada pada ketinggian ± 1156m dpl. Sebelum mendaki kita harus melapor di pos taman nasional. Disini juga terdapat losmen untuk beristirahat dengan nama Pondok Sembalun. Dari jalan raya gerbang pendakian segera terlihat dan disamping gerbang ada patung bawang yang besar. Ini mungkin dikarenakan daerah ini adalah penghasil bawang di Lombok. Sepajang jalur ini kita hanya melewati padang rumput yang mendaki dan menurun sesekali menyeberangi kali yang kering serta beberapa cemara gunung (casuarina junghuhniana). Normal jarak tempuh jalur ini adalah ± 2 jam

Pos I 08° 21' 38,8" LS 116° 28' 33,0" BT (POS I - POS II)
Pos I (08°19' 44,7" LS 116° 24' 07,6" BT) atau Pos Pemantauan merupakan sebuah pondok tanpa lantai yang teletak ditengah jalur di daerah padang rumput serta berada pada ketinggian 1300m dpl. Pos ini tidak ada sumber air. Jalur dari pos ini ke Pos II masih sedikit menanjak dan padang rumput yang terbuka serta masih melewati beberapa aliran lahar dan kali kering. Jalan setapaknya sendiri kadang menurun cukup curam. Normal jarak tempuh jalur ini adalah ±1 jam.

Pos II 08° 21' 54,0" LS 116° 27' 57,6" BT (POS II - POS III)
Pos II (08°20' 56,2" LS 116° 23' 43,4" BT) atau Pos Tengengean terletak di sebelah kiri jalan agak menjorok kedalam dengan ketinggian 1500m dpl, dan didepan pos ini terdapat sungai kering serta jembatan diatasnya yang merupakan jalur pada rute ini. Di pos ini kita bisa jumpai sumber mata air dan sebuah toilet yang merupakan hasil sumbangan dari sebuah LSM asal New Zealand. Pos nya sendiri letaknya disebuah lembah yang diapit bukit. Jarak tempuh normal ± 1 jam

Pos III 08° 22' 33,9" LS 116° 27' 27,8" BT
POS III - PLAWANGAN SEMBALUN (Plawangan II)
Pos III atau Pos Pada Balong (08°22' 10,5" LS 116° 23' 57,1" BT) terletak persis dipinggir aliran lahar/sungai kering, pada ketinggian 1800m dpl. Sebelum mencapai pos ini kita akan bertemu sebuah persimpangan jalan yang memisahkan jalur ke bukit penyesalan (kanan) dan ke jalur penderitaan (kiri). Saat ini jalur yang sering dipakai adalah jalur penderitaan, sedangkan jalur bukit penyesalan sendiri jembatannya sudah runtuh dan jalan setapaknya sudah tidak begitu jelas. Kondisi Pos III ini masih sangat bagus dibanding dua pos sebelumnya. Dari pos ini menuju Plawangan kita akan dihadapkan dengan tanjakan bukit sembilan. Karena kita memang melewati sembilan bukit sebelum sampai di gigiran punggungan yang kemudian belok kiri menuju ke Plawangan. Jarak tempuh normal ± 3,5 jam.
Plawangan 08° 23' 36,1" LS 116° 26' 26,4" BT

PLAWANGAN SEMBALUN - PUNCAK RINJANI
Plawangan (08°23' 36,1" LS 116° 26' 26,4" BT) sendiri merupakan sebuah dataran yang cukup luas untuk beberapa tenda yang terletak diatas gigiran punggungan yang menyatukan dengan pungungan menuju puncak serta berada pada ketinggian 2639m dpl. Dari sini terlihat jelas Segara anakan dan gunung baru. Disini terdapat sebuah toilet, dan juga sebuah sumber air yang berupa pancuran. Puncak Rinjani terlihat kelas dari sini. Hati-hati terhadap monyet didaerah ini mereka sangat agresif untuk merebut makanan setiap pendaki yang lengah. Jarak tempuh normal kepuncak ±3 jam.

Puncak 08° 24' 42,2" LS 116° 27' 29,1" BT (PUNCAK 3726M dpl.)
Perjalanan dari Plawangan kepuncak mulai dihadapkan pada tanjakan-tanjankan yang curam dan berdebu sampai pada batas gigiran puncak kemudian berbelok kekiri mengikuti gigiran puncak yang berpasir lembut membuat sulit untuk melangkah. Mendekati puncak tanjakan cukup terjal dan berpasir halus. Pemandangan di sekitar puncak kita dapat melihat sayup-sayup dari arah timur ada gunung Tambora serta kepulaan Sumbawa, sebelah barat terlihat Gunung Agung di bali serta pelabuhan Lembar dan juga kearah bawahnya ada segara anakan beserta Gunung Baru Jari, sebelah utara kearah bawah kita bisa melihat kawah gunung Rinjani yang sudah tidak aktif lagi.


ULASAN RUTE SENARU
Gerbang Jalur Senaru
SENARU - POS II
Pintu Senaru, Taman Nasional Gunung Rinjani
Di Senaru (601m dpl) kita juga harus melapor di pos taman nasional. kemudian jalan setapak dimulai dengan jalan lurus melewati perkebunan penduduk kemudian memasuki mulut hutan ada papan pengumuman dari taman nasional. dari sini jalan setapak belum begitu menajak, kita akan melewati Pos I yang berupa sebuah pondok kecil yang terletak didekat pohon beringin berkaki tiga. Keadaan hutan tidak begitu rapat dan gelap tapi lebih sejuk dibanding rute Sembalun. Jalan setapak yang dilewati untuk mencapai pos ini relatif menanjak dan kadang-kandang agak datar akan tetapi terasa agak panjang. Jarak tempuh normal ±3 jam

Pos II 08° 20' 56,2" LS 116° 23' 43,4" BT
POS II - POS III
Pos II atau pos Montong Satas berada pada ketinggian 1500m dpl, disini ada sumber mata air. Dari sini menuju Pos III jalan setapaknya mulai menanjak serta banyak akar pohon di sepanjang jalan setapak akan tetapi pepohonan masih rapat dan terhindar dari terik panas matahari. JArak tempuh normal ±2 jam

Pos III 08° 22' 10,5" LS 116° 23' 57,1" BT
POS III - PLAWANGAN SENARU
Pos III atau Pos Mondokon Lolak ini berada pada ketinggian 2000m dpl. Disini terdapat dua pondok akan tetapi kondisi yang satunya sudah hampir roboh. Disini juga ada sumber mata air. Setelah keluar dari hutan kita akan langsung dihadapkan dengan jalan setapak yang terbuka dan akan samapai pada daerah cemara tiga, disini cukup luas untuk mendirikan tenda akan tetapi tidak ada air. Dari cemara tiga ini jalan menanjak terus serta jalan setapaknya berbatu-batu melewati beberapa punggungan bukit yang ditumbuhi rumput dan terbuka. Jarak tempuh normal ±2 jam

Plawangan Senaru 08° 23' 02,0" LS 116° 24' 03,3" BT
PLAWANGAN SENARU CAMP SEGARA ANAK
Dari Plawangan (2641m dpl) ini kita bisa melihat dengan jelas danau segara anakan, puncak rinjani. Disini tidak ada sumber air akan tetapi ada toiletnya. Dari plawangan ini jalur kemudian menuruni sebuah tebing batu yang curam kemudian terus melipir turun punggungan bukit, sesekali terdapat tanjakan akan tetapi tidak begitu curam. Sampai didanau jalan setapak terus menyususri dananu hingga sampai pada lokasi basecamp danau segara anakan. Jarak tempuh normal ±2 jam.

Danau Segara anak 08° 23' 32,4" LS 116° 25' 11,1" BT (CAMP SEGARA ANAKAN)
Pada lokasi basecamp ini terdapat dua toilet untuk pria dan wanita. Di segara anakan ini terdapat banyak sekali ikan yang bisa dipancing . Suhu pada siang hari berkisar antara 10°C - 15°C dan pada malam hari suhu bisa turun drastis terutama sekali pada musim kemarau. Kadang-kadang angin juga bertiup cukup kencang. Dari sini rute menuju puncak akan melewati plawangan sembalun dengan telebih dahulu melewati tanjakan yang cukup memeras tenaga melewati jalan setapak berbatu melipiri gigiran tebing yang berakhir pada petigaan rute Sembalun Lawang.

Baik dari rute Sembalun Lawang maupun Senaru terdapat Pos Taman Nasional untuk mengurus perijinan pendakian. Biaya per orang Rp.3000,- dan sudah termasuk asuransi. Bagi yang membutuhkan porter atau guide bisa juga diurus oleh petugas disini. Honor untuk satu orang porter Rp.40.000,- per harinya dan porter-porter ini sudah sangat berpengalaman, jika dibutuhkan mereka juga bisa memasak, selain mengambil air dan menjaga tenda dan bahan makanan dari serangan monyet-monyet gunung yang banyak sekali terdapat di Plawangan Sembalun

Panorama Danau Segara Anak Gunung Rinjani


Danau Segara Anak
Danau indah ini terbentuk dari bekas kawah, seluas 11.000.000m persegi dengan kedalaman 230m. Danau ini sangat kaya dengan ikan. Bukan hanya pendaki saja yang memancing disini, akan tetapi para penduduk setempat banyak yang datang untuk memancing. Mendaki gunung Rinjani kalau tidak bermalam dipinggir danau ini rasanya ada sesuatu yang kurang.

Goa Susu
Goa ini dinamakan goa susu oleh karena air berwarna putih yang mengandung belerang yang keluar dari celah bebatuan didalam gua ini. Celah untuk masuk goa ini sangat sempit dan sangat susah untuk dilewati. Penduduk setempat percaya barang siapa yang bisa masuk sampai kedalam goa ini berarti orang tersebut mempunyai hati yang bersih.

Air Kalak
Air Kalak dalam bahasa setempat yang artinya air panas, mengalir dari atas kebawah dan membentuk kolam-kolam kecil yang mempunyai suhu yang berbeda-beda. Jika anda ingin berendam, tinggal pilih anda menyukai suhu panas, hangat atau suam-suam kuku.

Gunung Baru Jari
Gunung Baru Jari (bahasa Suku Sasak) yang artinya gunung baru jadi. Gunung ini membuat pemandangan gunung Rinjani menjadi khas dan tidak ada duanya.


DESA TRADISIONAL SUKU SASAK
Desa ini berada tepat disamping Pos Taman Dasional di Senaru. desa ini sangat unik karena ciri bangunan rumah yang da didalam komplek desa sasak ini masih mempertahankan keaslian budaya suku sasak. Seperti halnya dengan suku Baduy di Banten, rumah suku Sasak ini tanpa memakai paku dan terlihat sangat tertata rapi. selain desa tradisional ini di Senaru juga ada air terjun yang dinamakan SINDANG GILE, yang terletak tidak begitu jauh dari Senaru.

AIR TERJUN SINDANG GILE
Air terjun ini berada tidak jauh dari penginapan di Senaru dan bisa dicapai dengan jalan kaki. Sindang gile ini merupakan salah satu objek andalan dari Senaru.


Tambahan :
Archiaston Musama (Moderator milis highcamp)
Rinjani 3,726 mdpl memiliki panaroma yg paling bagus diantara gunung-gunung di Indonesia. Salah satu tempat tujuan wisata adventure favorite dari seluruh dunia.
Keunikan lain dari Rinjani adalah Porter-nya; mereka bukan hanya tahan membawa logistik berat tetapi sekaligus koki yg handal dan guide yg menarik. Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari Penduduk lokal, mahasiswa, pencinta alam.

Temperature udara rata-rata sekitar 20°C; terendah 12°C. Angin kencang di puncak biasa terjadi dibulan Agustus. Beruntung akhir Juli ini, angin masih cukup lemah dan cuaca cukup cerah, sehingga summit attack bisa dilakukan kapan saja. Selain puncak, tempat yg sering dikunjungi adalah Segara Anakan, sebuah danau kawah di ketinggian 2,000 mdpl. Untuk mencapai lokasi ini kita bisa mendaki dari Desa Senaru atau Desa Sembalun Lawang (dua point entry terdekat di ketinggian 500 mdpl dan 1,200 mdpl).

Kebanyakan pendaki menyukai start entry dari arah Sembalun, krn bisa menghemat 700m ketinggian. Rute Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas krn melalui padang savana yg terik (suhu dingin tetapi radiasi matahari langsung membakar kulit). Sunblok krem sangat dianjurkan.
Sedangkan dari arah Senaru tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lembut krn melalui hutan. Dari kedua lokasi ini membutuhkan waktu jalan kaki sekitar 9 jam menuju bibir punggungan di ketinggian 2,700 mdpl (tiba di Plawangan Senaru ataupun Plawangan Sembalun). Di tempat ini pemandangan ke arah danau, maupun kearah luar sangat bagus. Dari Plawangan Senaru (jika naik dari arah Senaru) turun ke danau melalui dinding curam ke ketinggian 2,000 mdpl) yg bisa ditempuh dlm 2 jam. Di danau kita bisa berkemah, mancing (Carper, Mujair) yg banyak sekali. Penduduk Lombok mempunyai tradisi berkunjung ke segara anakan utk berendam di kolam air panas dan mancing.

Utk mencapai puncak (dari arah Danau) harus berjalan kaki mendaki dinding sebelah barat setinggi 700m dan menaiki punggungan setinggi 1,000m yg ditempuh dlm 2 tahap 3 jam dan 4 jam. Tahap pertama menuju Plawangan Sembalun, camp terakhir utk menunggu pagi hari. Summit attack biasa dilakukan pada jam 3 dinihari utk mencari momen indah - matahari terbit di puncak Rinjani.
Treck yang licin
Perjalanan menuju Puncak tergolong lumayan; krn meniti di bibir kawah dgn margin safety yg pas2an (no point for error please). Medan pasir, batu, tanah. 200 meter ketinggian terakhir harus ditempuh dgn susah payah, krn satu langkah maju diikuti setengah langkah turun (terperosok batuan
kerikil).

Buat highlander - ini tempat yg paling menantang dan disukai krn beratnya medan terbayar dgn pemandangan alamnya yg indah. Gunung Agung di Bali, Gunung Ijen-Merapi di Banyuwangi dan Gunung Tambora di Sumbawa terlihat jelas saat cuaca bagus di pagi hari. Utk mendaki Rinjani tidak diperlukan alat bantu, cukup stamina,
"patience" dan "passion".

Keseluruhan perjalanan dpt dicapai dlm program 3 hari dua malam, atau kalau mau lihat dua objek lain: gua susu dan gunung baru jaro (kawah baru ditengah danau) perlu tambahan waktu 2 hari perjalanan. Persiapan logistik sangat diperlukan. tetapi untungnya segala sesuatu bisa diperoleh di desa terdekat. tenda, sleeping bag, peralatan makan, bahan makanan dan apa saja yg diperlukan (termasuk radio komunikasi) bisa disewa dari homestay2 yg menjamur di desa Senaru. Yg unik lainnya dari Rinjani, disana ada cukup banyak toilet. Bentuknya kotak besi warna hijau. Diatasnya ada penampung air hujan. Juga ada yg pake tangki fibre glass. Tapi sayang nggak ada airnya. Tapi don't worry, alam akan mengajarkan kita how to back to nature.
Novel "Bait-bait Suci Gunung Rinjani", karya Kang Ujang.
Cerita yang diangkat dengan diferensiasi setting tentang seorang pendaki, dan dia menjadikan pendakian itu sebagai media dakwahnya.
Menggugah, membuka mata mereka yang pesimis melihat anak-anak pengamen, karena pengamen pun bisa berkarya.
Seru dan Romantis, referensi untuk mental remaja tangguh Indonesia, wajib baca untuk anak gunung.

Cerita ttg pemandangan, rasanya kita nggak akan kehabisan momen pengambilan gambar. Pagi dan sore saat yg paling indah utk difoto, Rinjani dgn kontour tiga dimensinya yg ektrim menyediakan begitu banyak sudut indah. Awan, kabut, pohon2 tunggal ditengah savana, monyet2 yg expresif, porter2 in action, wajah gembira mahasiswa ketika mendptkan karper besar, perjuangan menggapai puncak rinjani - menyediakan banyak momen bagus utk difoto. Jika waktu kita pendek sekali, Lombok masih dpt dicapai dlm liburan sabtu-minggu.

Sekarang ini banyak penerbangan JKT Lombok (via SBY), dgn tarip sekitar 350rb-an sekali jalan; mungkin bisa lebih rendah tergantung sisa seat (booking lebih awal).
Kalau menggunakan Lion penerbangan sore, kita bisa berangkat sesudah pulang kerja di Juma't petang, tiba di Mataram sekitar jam 22:00. Langsung ambil taksi airport menuju Sembalun Lawang (200rb) yg ditempuh dlm 2.5 jam perjalanan atau ke Senaru (175rb).

salah satu Homestay yang ada di kaki gunung Rinjani
Di Senaru banyak homestay bersih dan bagus dgn tarip 30~50 rb-an. Atau di Sembalun Lawang spt. Homestay Lembah Rinjani dan Nauli (dua2nya bagus), dgn pemandangan spektakular menghadap Rinjani. Tarip 100rb-an.
Sabtu pagi bisa langsung naik lewat Senaru ke Plawangan Senaru dan turun ke danau. Tiba sore hari. Bisa bermalam di Plawangan saja (pemandangan sangat bagus) turun ke danau pagi hari atau turun ke Danau langsung bermalam disini). Minggu paginya ada cukup waktu utk menikmati air panas, mancing atau berleha-leha. Jam 11:00 kembali dgn rute yg sama (Senaru). Tiba hampir magrib, langsung transfer ke Airport Selaparang dgn penerbangan terakhir (Citylink atau Lion). Senin pagi sudah masuk kerja, tentu dgn sedikit kaki pegel2. Jika sambung ke puncak, butuh satu hari lagi day off, yg ini barangkali bisa dipertimbangkan saat harpitnas atau cuti liburan.

Detail Rute:
• Senaru-Pos1 – Pos2, Pos3 - Plawangan- Danau- Plawangan- Puncak-Plawangan- Pos3, Pos2- Pos1- Sembalun.
• Hasil rekaman
• Senaru: 08°17'880" LS 116° 24'497" BT 495 mdpl, suhu 27oC,
• Gate Senaru: 08°18'233" LS 116° 24' 022" BT, 514 mdpl, 0 jam 0 menit, 27oC
• Pos-1 Senaru: 08°19'740" LS, 116° 24' 125" BT, 978 mdpl, 1 jam 13 menit, 22oC
• Pos-2 Senaru: 08° 20'933" LS, 116°23'372" BT, 1600 mdpl, 2jam 50 menit, 22oc
• Pos-3 Senaru: 08°22'127" LS, 116°23'956" BT, 2101 mdpl, 4jam 36 menit, 18°C
• Pelawangan Senaru: 08°23'034" LS, 116°24'029" BT, 2638 mdpl, 3 jam dr pos-3, 12~20°C
• Danau Segara Anakan: 08°23'519" LS, 116°25'167"E, 1819 mdpl, 2 jam dr Plwgn, 12~20°C
• Pelawangan Sembalun: 08°23'605" LS, 116°26'432" BT, 2705 mdpl, 3 jam dr Danau, 12°C,
• Puncak Rinjani: 08°25'112" LS, 116°28'232" BT, 3727 mdpl, 3~4 jam dr Plwn Sbln, 10~20°C
• Pos-3 Sembalun: 08°22'567" LS, 116°27'478" BT, 1819 mdpl, 3 jam dr Plwn Sbln, 25°C
• Pos-2 Sembalun: 08°21'924" LS, 116°27'967" BT, 1514 mdpl , 45 menit dr Plwn Sbln, 30°C
• Pos-1 Sembalun: , 08°21'41,0" LS, 116°28'33,0" BT, 45 menit dr Pos-2, 30°C.
• Sembalun Lawang: 1200 mdpl, 1 jam dr Pos-1, 20~30°C

(Catatan ini telah diolah oleh 'Bung Hafid' pada 19 Maret 2010 jam 12:48)
Sumber :  www.highcamp.com, gambar foto di download di Google

Salah Satu Mukjizat al Qur’an

Allah, Ia-lah yang menurunkan Kitab dengan kebenaran, dan juga Neraca (keadilan).........
QS. 42 Syrah asy Syuuraa (Musyawarah) ayat 17

Bacalah...

Al Qur’an diturunkan oleh Allah swt. Melalui Nabi Muhammad saw. Yang buta huruf kala itu. Ia dilahirkan dan hidup di tengah-tengah kaum yang terbelakang peradapannya, di jazirah Arab. Al Qur’an diturunkan selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari.

Seperti diketahui, seringkali al Qur’an turun secara spontan, guna menjawab berbagai pertanyaan atau mengomentari suatu peristiwa. Misalnya pertanyaan orang Yahudi tentang ruh. Pertanyaan ini dijawab secara langsung, namun demikian, setelah rampung diturunkan dan disusun, kemudian dilakukan analisis serta perhitungan terhadap catatan redaksinya, ditemukan hal-hal yang sangat menakjubkan. Ditemukan adanya keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakan, seperti keserasian, atau jumlah dua kata yang bertolak belakang.

Anda bisa bayangkan, al Qur’an diturunkan sepotong-sepotong dan spontan, ditempat yang berlainan dalam waktu yang relatif panjang dan terdiri dari 114 surah dan 77.493 kata. Serta diturunkan melalui orang yang tidak bisa membaca dan menulis saat itu. Namun ditemukan banyak hal-hal yang mengejutkan. Contoh: Dua kata yang sepadan dalam jumlah yang sama dan seimbang. Dan kata-kata yang berlawanan arti juga ditemukan dalam jumlah yang seimbang. Hanya “Sesuatu” yang Maha Dasyat yang mampu melakukan semua hal itu, dzat yang sangat tinggi ilmunya dan sangat luar biasa ketelitiannya. Dan dibuat serta disusun lebih dari seribu tahun yang lalu.

Abdul Razaq Nawfal, dalam al I’jaz li al Qur’an al Karim yang terdiri dari tiga jilid, mengemukakan sekian banyak contoh-contoh tentang keseimbangan tersebut, yang dapat disimpulkan secara singkat dari tulisan M. Quraish Shihab yang berjudul “Membumikan Al Qur’an” sebagai berikut:

Membumikan al-Qur'an

A. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan bilangan antonimnya
Beberapa contoh, diantaranya:
o al Hayah (hidup) dan Al Mawt (mati), masing-masing sebanyak 145 kali!
o an Naf’ (manfaat) dan Al Madharrah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali!
o al Har (panas) dan Al Bard (dingin), masing-masing sebanyak 4 kali!
o as Shalihat (kebajikan) dan Al Sayyi’at (keburukan), masing-masing sebanyak 167 kali!
o al Thuma’ninah (kelapangan/ketenangan) dan Al Dhiq (kesempitan/kekesalan), masing-masing sebanyak 13 kali!
o ar Rahbah (cemas/takut) dan Al Raghbah (harap/ingin), masing-masing sebanyak 8 kali!
o al Kufur (kekufuran) dan Al Iman dalam bentuk defenite masing-masing sebanyak 17 kali!
o kufr (kekufuran) dan Iman dalam bentuk indefenite masing-masing sebanyak 8 kali!
o al shayf (musim panas) dan Al Syita’ (musim dingin), masing-masing sebanyak 1 kali!

B. Keseimbangan Jumlah Kata dengan Sinonimnya/Makna yang Dikandungnya, contoh:
o al Harf dan Al Zira’ah (membajak/bertani), masing-masing sebanyak 14 kali!
o al ‘Ushb dan al Dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing sebanyak 27 kali!
o al Dhallul dan al Mawta (orang sesat/mati (jiwanya)), masing-masing sebanyak 17 kali!
o al Islam dan al Wahyu (al Qur’an, wahyu dan islam), masing-masing sebanyak 70 kali!
o al ‘Aql dan an Nur (akal dan cahaya), masing-masing sebanyak 49 kali!
o al Jahr dan al ‘Alamiyah (nyata), masing-masing sebanyak 16 kali!

C. Keseimbangan antara Jumlah Bilangan Kata dengan Jumlah Kata yang Menunjuk Pada Akibatnya, contoh:
o al Infaq (infaq) dengan ar Ridha (kerelaan), masing-masing sebanyak 73 kali!
o al Bukh (kekikiran) dengan al Hasarah (penyesalan), masing masing sebanyak 12 kali!
o al zakah (zakat/penyucian) dengan al Barakat (kebajikan yang banyak), masing masing sebanyak 32 kali!
o al Fahisyah (kekejian) dengan al Ghadhb (murka), masing masing sebanyak 26 kali!

D. Keseimbangan antara Jumlah Bilangan Kata dengan Kata Penyebabnya, contoh:
o al Israf (pemborosan) dengan al Sur’ah (ketergesa-gesaan), masing masing sebanyak 23 kali!
o al Maw-izhah (nasihat/petuah) dengan al Lisan (lidah), masing masing sebanyak 25 kali!
o al Asra (tawanan) dengan al Harb (perang), masing masing sebanyak 6 kali!
o al Salam (kedamaian) dengan al Thayyibat (kebajikan), masing masing sebanyak 60 kali!

E. Disamping Keseimbangan-Keseimbangan Tersebut, Ditemukan Juga Keseimbangan Khusus, contoh :
o Kata Yawm (hari) dalam bentuk tunggal, masing masing sebanyak 365 kali! Sama dengan jumlah hari dalam satu tahun.
Sedangkan kata hari yang menunjukkan kata plural (Ayyam) dan dua (Yaw-mayni) jumlah keseluruhannya 30, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan! Disisi lain, kata yang berati “bulan” (Syahr) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun!
o Al Qur’an menjelasakn bahwa langit ada “tujuh” penjelasan ini diulanginya dalam “tujuh” kali pula!
o Kata-kata yang menunjukkan kepada utusan Tuhan baik Rasul ataupun Nabiyy (nabi) atau Basyir (pembawa berita) atau Nadzur (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut yakni 518 kali.

Roda kereta tentara Fira'un

Masih ada lagi, mukjizat lainnya yaitu pemberitaan-pemberitaan ghaibnya. Fir’aun yang mengejar-ngejar Nabi Musa diceritakan dalam Surah yunus. Pada ayat 92 surah itu, ditegaskan bahwa: “Badan Fir’aun tersebut akan diselamatkan Tuhan untuk dijadikan pelajaran generasi berikutnya.” _ Itu telah terjadi 1200 SM – Pada tahun 1896, ahli purbakala, Loret menemukan di lembah raja-raja Luxor Mesir, satu mummi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Fir’aun yang bernama “Maniptah” dan yang pernah mengejar Nabi Musa as. – Setiap orang pernah berkunjung ke Meseum Kairo, akan dapat melihat Fir’aun tersebut.

Isyarat-isyarat ilmiahnya. Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Quran. Misalnya diisyaratkannya bahwa "Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedang cahaya bulan adalah pantulan (dari cahaya matahari)" (perhatikan QS 10:5) ; atau bahwa jenis kelamin anak adalah hasil sperma pria, sedang wanita sekadar mengandung karena mereka hanya bagaikan "ladang" (QS 2:223); dan masih banyak lagi lainnya yang kesemuanya belum diketahui manusia kecuali pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini. Dari manakah Muhammad mengetahuinya kalau bukan dari Dia, Allah Yang Maha Mengetahui!

Kesemua aspek tersebut tidak dimaksudkan kecuali menjadi bukti bahwa petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh Al-Quran adalah benar, sehingga dengan demikian manusia yakin serta secara tulus mengamalkan petunjuk-petunjuknya.

(Catatan ini telah diolah oleh 'Bung Hafid' pada 28 Maret 2010 jam 1:02)
 
Sumber:
Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA., Membumikan Al Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hal. 29 - 31.

Dua Polisi yang Menyaksikan ..Sayyid Qutb

kiriman dari seorang kawan...cerita baik ttg hamba2 Allah yang baik.
salam
Dua Polisi yang Menyaksikan Eksekusi atas Sayyid Qutb
Oleh Prince of Jihad pada Kamis 02 Juli 2009, 06:02 PM


Ulama, da’i, serta para penyeru Islam yang mempersembahkan nyawanya di Jalan Allah, atas dasar ikhlash kepada-Nya, sentiasa ditempatkan Allah sangat tinggi dan mulia di hati segenap manusia.
Di antara da’i dan penyeru Islam itu adalah Syuhada (insya Allah) Sayyid Qutb. Bahkan peristiwa eksekusi matinya yang dilakukan dengan cara digantung, memberikan kesan mendalam dan menggetarkan bagi siapa saja yang mengenal Beliau atau menyaksikan sikapnya yang teguh. Di antara mereka yang begitu tergetar dengan sosok mulia ini adalah dua orang polisi yang menyaksikan eksekusi matinya (di tahun 1966).

Salah seorang polisi itu mengetengahkan kisahnya kepada kita:

Ada banyak peristiwa yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya, lalu peristiwa itu menghantam kami dan merubah total kehidupan kami.

Di penjara militer pada saat itu, setiap malam kami menerima orang atau sekelompok orang, laki-laki atau perempuan, tua maupun muda. Setiap orang - orang itu tiba, atasan kami menyampaikan bahwa orang - orang itu adalah para pengkhianat negara yang telah bekerja sama dengan agen Zionis Yahudi. Karena itu, dengan cara apapun kami harus bias mengorek rahasia dari mereka. Kami harus dapat membuat mereka membuka mulut dengan cara apapun, meski itu harus dengan menimpakan siksaan keji pada mereka tanpa pandang bulu.

Jika tubuh mereka penuh dengan berbagai luka akibat pukulan dan cambukan, itu sesuatu pemandangan harian yang biasa. Kami melaksanakan tugas itu dengan satu keyakinan kuat bahwa kami tengah melaksanakan tugas mulia: menyelamatkan negara dan melindungi masyarakat dari para “ pengkhianat keji” yang telah bekerja sama dengan Yahudi hina.


Begitulah, hingga kami menyaksikan berbagai peristiwa yang tidak dapat kami mengerti. Kami mempersaksikan para ‘ pengkhianat’ ini sentiasa menjaga shalat mereka, bahkan sentiasa berusaha menjaga dengan teguh qiyamullail setiap malam, dalam keadaan apapun. Ketika ayunan pukulan dan cabikan cambuk memecahkan daging mereka, mereka tidak berhenti untuk mengingat Allah. Lisan mereka sentiasa berdzikir walau tengah menghadapi siksaan yang berat.


Beberapa di antara mereka berpulang menghadap Allah sementar ayunan cambuk tengah mendera tubuh mereka, atau ketika sekawanan anjing lapar merobek daging punggung mereka. Tetapi dalam kondisi mencekam itu, mereka menghadapi maut dengan senyum di bibir, dan lisan yang selalu basah mengingat nama Allah.


Perlahan, kami mulai ragu, apakah benar orang-orang ini adalah sekawanan ‘penjahat keji’ dan ‘pengkhianat’? Bagaimana mungkin orang-orang yang teguh dalam menjalankan perintah agamanya adalah orang yang berkolaborasi dengan musuh Allah?


Maka kami, aku dan temanku yang sama-sama bertugas di kepolisian ini, secara rahasia menyepakati, untuk sedapat mungkin berusaha tidak menyakiti orang-orang ini, serta memberikan mereka bantuan apa saja yang dapat kami lakukan. Dengan ijin Allah, tugas saya di penjara militer tersebut tidak berlangsung lama. Penugasan kami yang terakhir di penjara itu adalah menjaga sebuah sel di mana di dalamnya dipenjara seseorang. Kami diberi tahu bahwa orang ini adalah yang paling berbahaya dari kumpulan ‘pengkhianat’ itu. Orang ini adalah pemimpin dan perencana seluruh makar jahat mereka. Namanya Sayyid Qutb.

Sayyid Qutb


Orang ini agaknya telah mengalami siksaan sangat berat hingga ia tidak mampu lagi untuk berdiri. Mereka harus menyeretnya ke Pengadilan Militer ketika ia akan disidangkan. Suatu malam, keputusan telah sampai untuknya, ia harus dieksekusi mati dengan cara digantung.


Malam itu seorang sheikh dibawa menemuinya, untuk mentalqin dan mengingatkannya kepada Allah, sebelum dieksekusi.


(Sheikh itu berkata, “Wahai Sayyid, ucapkanlah Laa ilaha illa Allah …”. Sayyid Qutb hanya tersenyum lalu berkata, “Sampai juga engkau wahai Sheikh, menyempurnakan seluruh sandiwara ini? Ketahuilah, kami mati dan mengorbankan diri demi membela dan meninggikan kalimat Laa ilaha illa Allah, sementara engkau mencari makan dengan Laa ilaha illa Allah ”. Pent)


Dini hari esoknya, kami, aku dan temanku, menuntun dan tangannya dan membawanya ke sebuah mobil tertutup, di mana di dalamnya telah ada beberapa tahanan lainnya yang juga akan dieksekusi. Beberapa saat kemudian, mobil penjara itu berangkat ke tempat eksekusi, dikawal oleh beberapa mobil militer yang membawa kawanan tentara bersenjata lengkap.


Begitu tiba di tempat eksekusi, tiap tentara menempati posisinya dengan senjata siap. Para perwira militer telah menyiapkan segala hal termasuk memasang instalasi tiang gantung untuk setiap tahanan. Seorang tentara eksekutor mengalungkan tali gantung ke leher Beliau dan para tahanan lain. Setelah semua siap, seluruh petugas bersiap menunggu perintah eksekusi.


Di tengah suasana ‘maut’ yang begitu mencekam dan menggoncangkan jiwa itu, aku menyaksikan peristiwa yang mengharukan dan mengagumkan. Ketika tali gantung telah mengikat leher mereka, masing-masing saling bertausiyah kepada saudaranya, untuk tetap tsabat dan shabr, serta menyampaikan kabar gembira, saling berjanji untuk bertemu di Surga, bersama dengan Rasulullah tercinta dan para Shahabat. Tausiyah ini kemudian diakhiri dengan pekikan, “ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD!” Aku tergetar mendengarnya.


Di saat yang genting itu, kami mendengar bunyi mobil datang. Gerbang ruangan dibuka dan seorang pejabat militer tingkat tinggi datang dengan tergesa- gesa sembari memberi komando agar pelaksanaan eksekusi ditunda.


Perwira tinggi itu mendekati Sayyid Qutb, lalu memerintahkan agar tali gantungan dilepaskan dan tutup mata dibuka. Perwira itu kemudian menyampaikan kata-kata dengan bibir bergetar, “Saudaraku Sayyid, aku datang bersegera menghadap Anda, dengan membawa kabar gembira dan pengampunan dari Presiden kita yang sangat pengasih. Anda hanya perlu menulis satu kalimat saja sehingga Anda dan seluruh teman-teman Anda akan diampuni ”.


Perwira itu tidak membuang-buang waktu, ia segera mengeluarkan sebuah notes kecil dari saku bajunya dan sebuah pulpen, lalu berkata, “Tulislah Saudaraku, satu kalimat saja… Aku bersalah dan aku minta maaf …”


(Hal serupa pernah terjadi ketika Ustadz Sayyid Qutb dipenjara, lalu datanglah saudarinya Aminah Qutb sembari membawa pesan dari rejim thowaghit Mesir, meminta agar Sayyid Qutb sekedar mengajukan permohonan maaf secara tertulis kepada Presiden Jamal Abdul Naser, maka ia akan diampuni. Sayyid Qutb mengucapkan kata-katanya yang terkenal, “Telunjuk yang sentiasa mempersaksikan keesaan Allah dalam setiap shalatnya, menolak untuk menuliskan barang satu huruf penundukan atau menyerah kepada rejim thowaghit …”. Pent)
Presiden Jamal Abdul Naser



Sayyid Qutb menatap perwira itu dengan matanya yang bening. Satu senyum tersungging di bibirnya. Lalu dengan sangat berwibawa Beliau berkata, “Tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah bersedia menukar kehidupan dunia yang fana ini dengan Akhirat yang abadi ”.

Perwira itu berkata, dengan nada suara bergetar karena rasa sedih yang mencekam, “ Tetapi Sayyid, itu artinya kematian…”


Ustadz Sayyid Qutb berkata tenang, “Selamat datang kematian di Jalan Allah…Sungguh Allah Maha Besar!”


Aku menyaksikan seluruh episode ini, dan tidak mampu berkata apa-apa. Kami menyaksikan gunung menjulang yang kokoh berdiri mempertahankan iman dan keyakinan. Dialog itu tidak dilanjutkan, dan sang perwira memberi tanda eksekusi untuk dilanjutkan.


Segera, para eksekutor akan menekan tuas, dan tubuh Sayyid Qutb beserta kawan-kawannya akan menggantung. Lisan semua mereka yang akan menjalani eksekusi itu mengucapkan sesuatu yang tidak akan pernah kami lupakan untuk selama-lamanya … Mereka mengucapkan, “Laa ilaha illah Allah, Muhammad Rasulullah…”


Sejak hari itu, aku berjanji kepada diriku untuk bertobat, takut kepada Allah, dan berusaha menjadi hambaNya yang sholeh. Aku sentiasa berdoa kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosaku, serta menjaga diriku di dalam iman hingga akhir hayatku.

Diambil dari kumpulan kisah: “Mereka yang kembali kepada Allah” Oleh: Muhammad Abdul Aziz Al Musnad Diterjemahkan oleh Dr. Muhammad Amin Taufiq.

Courtesy: Al Firdaws English Forum
Catatan telah diolah oleh 'Bung Hafid' pada 12 Mei 2010 jam 7:40
Sumber: [luqmanalhakim] Dua Polisi yang Menyaksikan ..Sayyid Qutb
Hyperlink ke  http://www.mail-archive.com/luqmanalhakim@yahoogroups.com/msg00378.html